Risna Hasanudin: Dari Banda Neira Menyalakan Cahaya di Tanah Papua

Setiap sore anak-anak berambut keriting, berkulit hitam dan bermata cokelat terlihat berkumpul di sebuah balai kecil di sudut Kampung Kobrey. Kampung ini terletak di kaki pegunungan Ransiki, Manokwari Selatan, Papua Barat. Anak-anak manis ini tampak antusias mendengarkan Risna, demikian dia disapa, mengajari mereka untuk membaca dan mengeja.

Keterangan Foto:Risna dan anak-anak Kampung Kobrey yang diajarinya membaca dan menulis

Mendapat Dukungan Penuh dari Pemangku Kepentingan

Ketua adat awalnya bingung dengan kedatangan Risna yang jauh-jauh datang dari Banda Neira ke tanah Papua pun senang dan merestui upaya dan niat mulia Risna Hasanudin, demikian nama lengkap perempuan kelahiran tahun 1988 ini, memajukan pendidikan anak-anak di kampungnya.

Esap Inyomusi, ketua adat Kampung Kobrey, adalah orang yang pertama sekali mempercayai niat tulus Risna.

“Risna datang dan menceritakan niatnya. Saya suka sekali dengan niat baiknya. Saya beri dukungan penuh, termasuk tempat tinggal,”ujar Esap Inyomusi.

Bukan hanya anak-anak, para perempuan pun tak luput dari kasih Risna. Sudah tak terhitung banyaknya orang yang menjadi mengenal abjad dari buah kesabaran dan pengajarannya.

“Saya tak bisa diam. Rasanya saya harus melakukan sesuatu,” ujarnya kala itu.

Salah satu yang menjadi murid Risna adalah Yosiha Inyomusi. Dia adalah istri dari Ketua Adat yang memberinya perlindungan dan dukungan.

“Kegiatan Risna positif sekali. Kami, perempuan Arfak, jadi bisa belajar membacam menulis dan punya usaha kecil,” terangnya dengan semangat.

Awalnya Risna datang dari Maluku saat baru selesai menempuh pendidikan di di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Pattimura. Di tahun 2012, akhirnya Risna memutuskan untuk aktif menjadi relawan di Sorong dan Fakfak. Saat itu dia melihat ada banyak anak dan perempuan yang belum mengenal angka dan huruf. Hal ini membuat dorongan di dalam dirinya untuk melayani semakin membesar.

Baru di tahun 2014 dia memutuskan untuk tinggal di satu perkampungan suku Arfak di Kampung Kobrey Distrik Ransiki. Walau memakan waktu berjalan kaki selama lima jam melewati jalan terjal dan hutan rimba, Langkah kaki Risna tak surut untuk menghadirkan pendidikan bagi mereka.

Keterangan Foto: Risna Hasanudin, penerima SATU Awards tahun 2015

Memiliki Misi untuk Terus Mencerdaskan Anak dan Perempuan

Rumah Cerdas Perempuan Arfak Papua Barat adalah rumah belajar yang dibangunnya dengan biaya sendiri. Rumah dari dinding papan dan lantai tanah ini menjadi saksi bisu dari perjuangan sunyi Risna menyalakan cahaya di Kampung Kobrey. Kobaran semangat di hatinya semakin membesar setelah mendapat informasi bahwa rata-rata perempuan di sana tak bersekolah tinggi. Kebanyakan hanya bersekolah sampai di kelas tiga sekolah dasar.

Dia tak mau miris berlama-lama, Risna memutuskan meningkatkan kuantitas belajar dengan mengadakan kelas membaca dan menulis sebanyak tiga kali dalam seminggu. Tak hanya itu, setelah belajar, para perempuan diajari untuk mengembangkan produk noken yang menjadi kerajinan khas di daerah itu. Tas Noken dan Kain Tenun khas Arfak yang awalnya dihargai sangat murah, bahkan tak jarang hanya ditukar dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari dinilai dengan harga yang lebih tinggi.

Keterangan Foto: Risna aktif memberi edukasi kepada perempuan di Manokwari Selatan

“Dulu mereka hanya membuat noken untuk dipakai sendiri. Sekarang, hasilnya bisa dijual hinga ratusan ribu per tas,” kata Risna dengan nada bangga.  

Dari kelas belajar membaca dan menulis, Risna melebarkan harapan dengan menjadi pendiri Perpustakaan Rumah Noken yang merupakan komunitas literasi perempuan Manokwari Selatan, Papua Barat.

“Perempuan Arfak harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Mereka harus tahu bahwa belajar bukan milik orang kota saja.”

Bagi Risna, belajar membaca bukan hanya membuat perempuan dan anak-anak untuk berani bermimpi besar untuk masa depannya tetapi agar mereka memiliki kesadaran bahwa menjalani mimpi sambil belajar setiap hari adalah langkah pasti ke arah perubahan yang lebih baik.

“Kalau menunggu bantuan datang anak-anak akan terus menunggu juga, Jadi, saya jalan dulu,” ucapnya mantap.

Ketulusan yang Membawa Penghargaan

Berkat semangatnya yang tidak surut, pada tahun 2015 Risna menerima penghargaan dari Astra dalam kategori pendidikan. Bagi Risna penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards (SATU) yang diberikan kepadanya adalah awal tanggung jawab baru dalam memajukan pendidikan di Manokwari Selatan.

Penghargaan ini membuka pintu relasi baru dengan berbagai pihak seperti kampus dan pemerintahan daerah agar gaung memajukan pendidikan semakin menggema di mana-mana.

Keterangan Foto: Rumah Noken, Rumah Literasi dan Pemberdayaan Perempuan yang didirikan Risna

Terus Mengedukasi dan Memberi Pengajaran Literasi

Saat ini Risna, setelah lebih dari sepuluh tahun menerima penghargaan SATU Awards masih setia untuk fokus memberantas buta aksara dengan mengajar huruf, angka dan bacaan. Dia sering mendengar beragam motivasi yang menjadi semangat perempuan dan anak di sana untuk belajar membaca kepadanya.

Ada ibu yang ingin membaca langsung isi kitab sucinya karena selama ini hanya bisa mendengarkan khotbah dari pendeta, ada anak yang ingin berkontribusi memajukan desanya dan ada mama yang ingin menaikkan harga noken yang dijualnya. Beragam permasalahan membuat mereka perlahan sadar bahwa mengejar pendidikan adalah keharusan. Risna tidak sanggup bila menyaksikan ketertinggalan anak dan perempuan di kampung itu menjadi momok dan duka di kemudian hari.

“Mereka punya semangat belajar luar bisa, tapi aksesnya sangat terbatas,” terangnya.

Kini, perjuangan Risna Hasanudin tak berhenti di bidang pendidikan. Setelah mendirikan Rumah Cerdas Perempuan Arfak di Kampung Kobrey, dan membangun Rumah Noken, dia juga akytif mempertemukan perempuan Papua untuk belajar, berkreasi dan memperjuangkan hak-haknya. Baginya, pemberdayaan perempuan bukan hanya soal literasi, tetapi juga keberaniuan bersuara dan berperan dalam menjaga lingkungan serta masa depan tanah Papua. Dari Banda Neira, dengan bermodal ketulusan hati, Risna terus berusaha untuk menyalakan cahaya kecil di Tanah Arfak. Dari Risna, saya belajar untuk menjadikan pendidikan sebagai jembatan menuju kemandirian dan keadilan bagi anak dan perempuan di Tanah Papua. Penghargaannya dari Astra bukan akhir perjuangan, melainkan awal dari perjalanan panjang seorang perempuan yang percaya bahwa satu obor kecil pengetahuan bisa menerangi jalan banyak orang.

 

Jakarta Timur, 20 November 2025

Penulis: Maria Julie Simbolon

 

Inspirasi Tulisan dan Sumber Foto:

Instagram @hasanudinrisna

Goodnewsfromindonesia.id/2025/09/09/risna-hasanudin-perempuan-banda-neira-pejuang-pendidikan-di-papua

Antaranews.com/berita/576148/risna-hasanudin-sang-merak-dari-timur

Komentar

  1. Lagi akses terbatas masih menjadi tantang orang-orang hebat kemerdekaan negeri dari hati. Sehat sehat Risna.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Buku Looking for Alaska

Ulasan Film Bumi Manusia

Ulasan Film: Persahabatan Raja Gagap dan Terapis Wicaranya